Quran

Akar kata dari ‘Quran’ diturunkan dari kata Arab ‘Iqra’ yang artinya “resital/membaca dengan irama” adalah perintah paling pertama yang diberikan kepada Muhammad oleh ‘malaikat’ Jibril, yang menjadi tonggak yang menandai permulaan Islam.

Terdiri dari 114 surah, Quran dianggap pokok dan merupakan otoritas tertinggi dalam Islam dan dianggap takdir umat manusia. Dalam kenyataannya, buku itu sendiri acak, membingungkan, suatu koleksi ayat-ayat yang tidak terlalu terkait satu sama lain yang masing-masing diberi nomor, walaupun tidak sesuai dengan kronologis. Sepanjang isi Quran, komposisi keseluruhannya bervariasi dalam gaya tulisan – ayat-ayat Makkiyyah dinilai puitis dan megah tetapi dengan rasa kerendahan-hati yang samar-samar, sementara ayat-ayat Madaniah (setelah Muhammad diusir) lebih militan, penuh aturan, dan totaliter. Ayat Madaniah adalah ayat dimana kita dapatkan tulisan-tulisan yang mengandung kebencian akan Yahudi, Kristen, dan etnis minoritas yang menjadi bagian dari kebijakan Islam. Akan tetapi, jika kita buang sebagian besar dari isi Quran yang melantur, kita akan dapat melihat dengan jelas


72

bahwa Quran adalah suatu alat licik untuk memanipulasi mental dan sosial.

Di dalam Islam, pengindoktrinasian psikologis secara berat dimulai dari usia yang sangat muda. Di negara Islam, para muda mudi dipaksa masuk ke sekolah-sekolah pengajian Quran dan suatu sistem dogmatis yang membuat mereka tetap terpaku ketat di dalam ajaran buku yang bertentangan dengan keilmiahan tersebut, dan berisi sentimen anti Yahudi-Kristen. Inilah sebabnya hampir mustahil seseorang meninggalkan ajaran sesat ini setelah ajaran Islam menjadi darah-dagingnya, menjadikannya seorang dengan identitas Islam yang melebihi identitasnya sebagai bagian dari sebuah bangsa, dari sebuah ideologi, dari sebuah etos… dan tentu saja, lebih dari hati nurani.

Bahkan jika seorang Muslim kemudian mendapatkan pencerahan, pindah dari Islam, tidak pernah terlihat, sebab hanya hal itu bukan karena cetak biru kedigjayaan Islam telah terpatri di semua orang muda Muslim, tetapi juga karena hal itu merupakan suatu pelanggaran berat yang hukumannya adalah mati. Ketakutan memainkan peran penting di dalam indoktrinasi mereka, dan tidak ada grup aliran pemujaan manapun yang dikenal dengan ajaran untuk ‘mencintai pemimpinmu hingga


73

ajal’, tetapi Quran mengambil langkah yang sama sekali lain. Ekspansi Islam bertitik-tolak dari prinsip ‘takuti lah mereka sampai mati.’ Ada lebih dari 300 ayat yang berkaitan dengan Awloh dan ketakutan, sementara hanya 49 yang berkaitan dengan ‘kasih’. Ajaibnya, 39 dari kata kasih ini berkonotasi negatif, mengajarkan Muslim untuk mencintai materialisme, uang, kekuasaan, dan status. Sama juga, ada 25 ayat yang mendetailkan bagaimana Awloh tidak mengasihi non Muslim.

Kasih di dalam Quran sangat plin plan. Secara budaya, kasih di dalam Islam hanya diberikan ke seseorang bila orang itu juga seorang Muslim dan membalas kembali kasihnya; sangat kontras bila dibandingkan Alkitab padahal Muhammad menyatakan bahwa Alkitab adalah bagian dari Quran. Secara keseluruhan, dari 6666 ayat yang ada di Quran, hanya 5 ayat yang berkaitan dengan hal yang non materialistik dan kasih tanpa syarat. Dari 5 ini, 3 merujuk pada mencintai hanya Muslim sementara yang ke-4 memerintahkan kasih kepada Awloh. Yang terakhir merujuk kepada pemberian yang diberikan secara terang-terangan hanya kepada orang Muslim saja.29 Dapat dipahami mengapa sekarang wanita Muslim menolak untuk berjabat-tangan dengan orang non Muslim, dan


74

mengapa perjanjian antara negara Muslim dengan negara non Muslim tidak pernah bertahan.

Demikian juga, Quran secara teliti dibuat sebagai alat untuk menonjolkan ego orang-orang yang sombong. Sangat menarik kalau buku ini tidak hanya sangat berpengaruh terhadap orang-orang miskin yang terpinggirkan, tetapi juga terhadap orang yang sangat kaya. Penelitian menunjukkan bahwa orang Muslim yang kaya menyerahkan hartanya demi hidup untuk berjihad bagi Islam, tanpa diragukan lagi untuk mengamankan tempat mereka di surga. Lagi pula, Islam mengajarkan kalau engkau tidak dapat membeli jalanmu ke surga kekal dengan, tetapi hanya bisa membelinya dengan mengorbankan darahmu sendiri.

Sepanjang tulisan Quran, ada puluhan ayat yang secara jelas mengumandangkan sistem apartheid menurut Islam. Quran dikenal sangat meninggikan orang Muslim di atas orang-orang lain, karena buku tersebut menyatakan “Engkau (orang Muslim) adalah yang terbaik dari orang-orang”, “(non Muslim) adalah yang terburuk dari semua ciptaan”.30 Bagaimanapun, hingga hari ini pembela Muslim dengan licik berusaha untuk menutupi ayat itu dan melucuti senjata orang non Muslim dengan berulang kali mengatakan ayat Quran ini:


75

“Barangsiapa (orang Muslim) yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya”.31

Walaupun ayat ini seperti menina-bobokkan publik yang tidak terpelajar ke dalam suatu rasa aman yang menipu, sesungguhnya ayat ini hanya berlaku untuk orang Muslim yang membunuh orang Muslim lainnya. Tetapi kenyataannya, Quran memiliki kausul yang jelas-jelas melarang semua upaya untuk mengasihi orang non Muslim jika “keonaran” (ajaran lain, Kristen, Yahudi, dll) muncul menyebar di daerah Muslim maupun daerah non Muslim. Oleh karena itu diperintahkan di bawah hukum Islam untuk membunuh setiap orang non Muslim yang mengaku iman mereka di depan umum. Itulah sebabnya mengapa Kekristenan di negara orang Muslim dihukum dengan hukum penistaan agama; terutama di negara-negara seperti Pakistan, Iran, dan Saudi Arabia – semua karena Quran.

Sentimen anti Kristen juga sangat ditekankan di dalam Quran, karena buku itu mengajarkan bahwa penyaliban Yesus tidak pernah terjadi, “mereka tidak


76

membunuhnya ataupun menyalibkannya, tetapi dibuat seolah-seolah dibunuh”.32 Akan tetapi, pilar teologi Islam ini terbukti sebagai suatu kebohongan karena bukti selain Alkitab yang ditulis oleh Romawi dan Yahudi (Flavius Josephus dan Tacitus) di Yudea mendokumentasikan penyaliban Kristus dan kebangkitanNya – yang terjadi bahkan 600 tahun sebelum Muhammad lahir. Tetapi Quran mengajar-kan bahwa Awloh secara ajaib menyelamatkan Yesus dengan cara menukarkanNya dengan kembarannya. Tidak hanya ini, walaupun Yesus sendiri me-nubuatkan kematian dan kebangkitan diriNya, dan rela mengorbankan diriNya sendiri agar disalib, tidak ada penjelasan tertulis di Quran mengapa Awloh kemudian memutuskan untuk menyelamatkan hidup Yesus. Tentu saja, jawaban paling mudah adalah Muhammad membenci gagasan bahwa Tuhan menebus dosa umat manusia dengan cara mengorbankan dirinya. Sesungguhnya, kasih Kristus yang sangat nyata untuk ciptaanNya membuat Muhammad tampak amat sangat tidak berarti, dan menunjukkan bahwa Muhammad juga tidak sanggup mengasihi. Lebih jauh lagi, bahwa Muhammad lah yang ingin menggantikan Kristus dengan cara seolah-olah dialah pendoa bagi seluruh umat manusia. Jika penyaliban benar-benar terjadi, Muhammad menjadi mubazir. Seseorang akan


77

paham mengapa penganiayaan orang Kristen tidak pernah surut di negeri-negeri Islam.

Bahkan orang Yahudi pun tidak luput dari penganiayaan di dalam Quran. Tersebar di dalam Quran suatu tema utama tentang dendam kesumat yang muncul dari tuduhan Muhammad bahwa orang Yahudi ini mengubah firman Awloh. Menurut sang ‘nabi’, orang Yahudi dulu adalah orang Muslim yang kemudian membuang ke-Islaman-nya… entah karena sebab apa. Dengan melihat bahwa Yahudi pun termasuk agama monoteis seperti Islam, nampak tidak ada alasan yang pasti kenapa mereka menolak, dan dengan demikian juga tidak seorang pun Muslim yang dapat menjelaskan kepercayaan Muhammad yang tidak masuk akal itu.

Konsep Jihad Islam yang dikenal itu juga disahkan oleh 164 ayat yang merinci dengan jelas bagaimana cara ummat Muslim dapat menghukum musuh mereka, dan bagaimana cara membagi harta rampasan perang.33 Hingga saat ini, para pembom bunuh diri yang beragama Islam, dan juga para Mujahidin (sebutan untuk orang yang ber-jihad) ber-tilawad dan di depan umum membawa buku Quran mereka sendiri ketika melakukan perbuatannya. Sekalipun umat Muslim yang ‘moderat’ duduk sambil menggeliat membohongi kita dengan mencoba


78

menganggap bahwa Jihad adalah Islam yang sesat, kenyataannya semua ayat Quran adalah tak henti-hentinya memanggil seluruh Muslim untuk terus menyebarkan Islam.

Dan, tidak seperti Alkitab yang menjelaskan tentang kekerasan dan perang (yang diperintahkan hanya untuk waktu tertentu dan dulu saja), ‘pewahyuan’ Quran yang dibuat-buat seolah kekal selamanya dan menjadi rujukan Islam dan Hukum Syariah. Inilah sebabnya kita tidak akan pernah menyaksikan gencatan senjata abadi atau kedamaian dunia di negara Islam karena tidak ayat di dalam Quran untuk menghentikan Jihad, yang membuat orang Muslim dan non Muslim saling menghormati.

Terlebih lagi, ada “hukum yang dapat membatalkan sesuatu yang sudah terlebih dulu menjadi hukum”, suatu aturan yang dikarang Muhammad kalau suatu ketika terbukti ‘wahyu’ yang didapatnya bertentangan dengan ‘wahyu’ lain yang sudah sempat diordinansikan, yang terlanjur menjadi surat perintah yang dilaksanakan sepenuh hati oleh pengikutnya. Akibatnya, Muhammad mewahyukan bahwa bila ada ayat baru yang bertentangan dengan ayat yang sebelumnya, bila dianggapnya ayat tersebut lebih ‘baik’, maka ayat tersebut langsung


79

membatalkan ayat sebelumnya.34 Sebagai contoh, jika Quran memerintahkan orang Muslim untuk menghina, mem-bully, memeras, dan mencuri milik orang kafir, maka ayat yang penuh intoleransi tersebut akan terus berlaku sampai suatu ayat baru di-’wahyu’-kan. Sayangnya, Muhammad meninggal sebelum me-’wahyu’-kan satu ayatpun yang dapat dipakai untuk perdamaian dunia. Dan karena tidak ada seorang pun Kalifah, atau Imam, atau Ayatollah yang bisa menambahkan ayat ke dalam Quran, maka situasinya akan seperti suatu hal yang terus diperdebatkan.Tidak ada seorang pun juga ahli teologi Islam yang dapat menggunakan tafsir untuk menenangkan gelombang kekerasan yang diperintahkan Quran yang pokok isinya penuh dengan ketidak sukaan dan intoleransi terhadap semua orang non Muslim.

Akan tetapi, walaupun sifatnya Muhammad yang plin plan dan munafik, Quran tetap saja tanpa membela diri sedikitpun terus mengatakan bahwa Muhammad adalah “suri tauladan yang baik”, dan “benar-benar berbudi pekerti yang agung”.35 Sangat ironis bahwa ayat-ayat ini dibacakan kepada para pengikutnya demi dirinya sendiri, menunjukkan betapa liciknya Muhammad, sangat ingin disanjung dan berkepribadian angkuh. Akan tetapi, bagi semua orang Muslim, Quran adalah sesuatu yang tidak


80

dapat dibicarakan, firman Awloh yang tak terbantahkan. Walaupun hal ini menjadi suatu permasalahan bagi Islam manakala ada kritik yang menunjukkan adanya suatu perbedaan di dalam tulisan atau teologi Islam. Di tahun akhir-akhir ini, puluhan pembela Islam telah didebat, diteliti dan telah skakmat terjebak antara ketidak-rasionalan Islam dan logika. Namun tentu karena telah dicecoki indoktrinasi mental selama bertahun-tahun para pembela Muslim tidak akan pernah mengakui kalau ada bukti yang tidak terbantahkan kalau Quran itu mengandung kekeliruan, ketidak-konsistenan, dan isinya saling bertentangan.36 Malah mereka menolak semua bukti tersebut, menyatakan bahwa Quran tetaplah firman Awloh – dan semua kritikan, termasuk buku ini – ada suatu kebohongan terhadap Islam.

Dengan mempertimbangkan bahwa keseluruhan Quran dibuat oleh banyak penulis, dan bahwa Muhammad tidak bisa baca, hal ini membuat banyak orang meragukan keaslian dari tulisannya. Terlebih lagi ketika kesaksian Quran berlawanan dengan arkeologi yang telah diketahui dunia, ilmu pengetahuan, dan bukti sejarah. Inilah buku yang menjelaskan bahwa ketidak-rasionalan dan topeng kepalsuan menjadi baik dan benar.


81

Khususnya juga bahwa Quran secara cerdik mencontek banyak bagian Alkitab, dan dengan arogan memasukkan teologi Yahudi-Kristen menjadi bagian darinya. Namun, tidak seperti Alkitab, Quran tidak dapat dibaca secara urut. Untuk mengerti Quran dalam konteks sejarah Islam, seorang pembaca harus secara simultan mempelajari juga Hadis. Bahkan penulis Islam terkemuka Maududi sendiri mencatat tanpa Hadis tidak akan mungkin memahami Quran.

Jadi kesimpulannya adalah bahwa Quran adalah pikiran orang bingung yang dituliskan di atas kertas.

Leave a comment