Kesimpulan

Dari seluruh tradisi Islam, ada semacam pola perilaku kompulsif yang cocok dengan Muhammad. Sangat jelas sang ‘nabi’ terjangkiti kondisi itu karena ia tidak pernah memberikan penjelasan yang masuk akal akan tingkahnya yang aneh. Bagaimanapun juga, nampak sekali kegilaan jiwanya berperan penting dalam gangguan OCD-nya, karena halusinasi yang dialaminya mengejawantah menjadi kegiatan ritual harian. Kenyataannya, kebanyakan dari tindakannya yang mengernyitkan dahi adalah buah dari khayalan yang dialami jiwanya. Ironisnya adalah orang Muslim percaya tingkah lakunya yang tidak rasional suka berulang-ulang dan marah-marah adalah sesuatu yang ‘ilahi’ diutus oleh Awloh. Sementara kenyataannya, ia adalah sebuah contoh dari sebuah kenyataan sakit mental yang hinggap tanpa terdiagnosa dokter, selama 1400 tahun.

Penyakit OCD adalah suatu penyakit jiwa yang umum, kira-kira hingga 3% dari total orang dewasa dan anak-anak mengidap penyakit jiwa tersebut.424 Sayangnya, sama seperti pasien dengan penyakit yang sejenis seperti yang dialami Muhammad, awal-awal umat Muslim juga terpaksa berperilaku mengikuti gangguan kejiwaan


391

Muhammad. Buktinya, keparahan penyakitnya menunjukkan perintah-perintahnya secara tak terkendali tumbuh menjadi suatu bentuk masyarakat yang sangat terkungkung aturan yang didasarkan atas pengulangan beberapa perilaku seperti: membasuh, memeriksa, menghitung, yang pada akhirnya melontarkan tuduhan gila, dan berkembang menjadi kegelisahan rohani. Akan tetapi sangat mengejutkan bagaimana Islam terus bisa terus berkembang di tengah kebiasaan yang merugikan masyarakat seperti misalkan perintah ‘Awloh’ tentang kebersihan.

Kotornya air dari Sumur Zam-zam dan sumur Bidla’ah dengan bakteri yang membahayakan tubuh seharusnya telah membunuh banyak umat Muslim mula-mula sebelum hukum Syariah mulai berlaku di daerah itu. Dan juga, konsumsi massal dari kencing unta bisa saja membinasakan Islam karena urin yang penuh bakteri itu terkenal terkait dengan MERS (Middle East Respiratory Syndrome – Sindrom Pernapasan dari Timur Tengah).425

Jika kita mengenali cara Muhammad yang banyak menyia-nyiakan air yang berharga di tengah-tengah panasnya padang gurun untuk dihabiskannya guna memenuhi obsesinya akan ‘kebersihan’, maka sangat jelas dari sistem pemujaan Islam yang terlihat


392

dari anggotanya, semua terkejut kepada sikap sang ‘nabi’ yang tidak bertanggung-jawab dengan sumber daya yang berharga itu. Sangat mungkin sang ‘nabi’ sadar bahwa pelan-pelan pasti ia akan diprotes, karena orang Arab secara budaya menganggap air adalah prioritas utama; air adalah hidup mereka. Sehingga dari pada didemo orang satu negara maka sang ‘nabi’ rahmatan lil alamin itu menetapkan kalau urin juga bisa dipakai sebagai pengganti minuman.

Sedihnya, perilaku aneh Muhammad yang terus menerus tidak pernah dapat dicegah hingga akhir hayatnya, pengikutnya tidak pernah mengenali penyakit gilanya, dan menerima gangguan OCD nya sebagai sesuatu yang normal. Inilah akibat dari pembiaran penyakit jiwa selama bertahun-tahun, dan pada saat yang bersamaan sang ‘nabi’ terus bertubi-tubi membenamkan ke dalam jiwa pengikutnya bahkan suri tauladannya adalah cerminan tauladan Awloh. Mereka harus bisa menganggap sang ‘nabi’ sebagai sesuatu sosok ‘manusia yang sempurna’. Ironisnya adalah bahwa akal sehat para pengikutnya juga menjadi tidak rasional, dan begitu juga sebaliknya.

Terlihat dari pola pengulangan dari tindakannya yang berulang-ulang, Muhammad putus asa mengendalikan penyakit gilanya, namun hal ini


393

malah membuat semuanya makin parah. Para ahli psikologi yang meresepkan ‘terapi perilaku sadar’ mengajarkan pasiennya untuk tidak menuruti pikirannya yang berulang-ulang itu dan menganjur-kan agar kebaiasaan tersebut dipatahkan.426 Kalau sang ‘nabi’ tahu caranya ini, mungkin cara ini dapat mengurangi penderitaannya. Walaupun bisa juga penyakitnya itu adalah hasil pengaruh genetis.

Adalah suatu anggapan bahwa warisan genetis memainkan peran kunci bagi seseorang sehingga mendapatkan penyakit itu.427 Jika kita meneliti kehidupan dan garis genetis Muhammad, mungkin saja yang berpenyakit tersebut tidak hanya Muhammad, tetapi banyak pendahulunya dari suku Quraysh yang menderita penyakit OCD. Hal tersebut diindikasikan oleh ciri penyembahan zaman pra Islam oleh suku tersebut dengan cara berjalan berulang kali mengelilingi Kabah, tujuh kali (suatu angka ganjil), dan kemudian terpaksa membungkuk menyembah di depan Kabah.428 Sama halnya, bahwa pada kenyataannya suku Quraysh itu juga sangat percaya tahayul yang terang-terangan percaya Jinn, gerhana matahari adalah suatu pertanda, hari libur berdasarkan bulan seperti Ramadan, dan fobia terhadap wanita, yang akhirnya berujung pada pembunuhan bayi, yang semuanya diakibatkan oleh turun temurun genetis yang


394

diakibatkan oleh kondisi lingkungan. Atau mungkin juga karena prinsip dasar agama mereka dibuat oleh orang yang terkena penyakit jiwa yang sama.

Dan ini bukan lah argumen tanpa akal kalau bahkan hingga kini orang non Muslim misalkan akan mengambil sejumput garam dan membuangnya ke belakang melalui bahu kiri. Sementara setiap orang Eropa akan dapat menceritakan bahwa ritual ini muncul karena tahayul (dikisahkan di film Leonardo Da Vinci yang berjudul ‘Perjamuan terakhir – Last Supper’, tentang membuang garam ke wajah iblis), lebih mungkin bila tindakan ini adalah efek samping dari kegelisahan yang timbul dari gangguan pikiran yang kompulsif dan obsesif.

Bagaimana pun, dasar dari doktrin Islam dibangun di atas dasar kegelisahan Muhammad. Gelisah menjadi pusat bagian dari ketakutannya. Ketakutan adalah inti dari gejala OCD – selalu gusar akan banyak hal yang tidak dapat dikendalikan oleh sang penderita sendiri. Rasa takut itulah yang menyatukan Islam bersama. Rasa takut itu menjadi komponen kunci yang diwariskan Islam dalam bentuk gangguan jiwa.

Akan kita dapati segera, mungkin saja Muhammad kemudian merasa bersalah yang terus menerus karena ketagihannya akan seks yang tak


395

kunjung habis dan khususnya seks dengan tante-nya yang sudah mati. Kenangan hubungan incest seperti ini akan memaksanya terobsesi membasuh alat kemaluannya berulang-ulang dan berulang-ulang. Sampai akhirnya, kebiasaannya membasuh menjadi suatu ritual yang nyata sehari-hari dengan semakin ganas OCD yang dialaminya, yang merupakan akibat dari pikirannya yang mau menghapus kenangan masa lalunya yang kelam.

Sesungguhnya, Muhammad lari ketakutan. Sebagai seseorang yang lahir di dalam kemiskinan, dan berkembang menjadi seseorang yang sangat ketergantungan, peran barunya sebagai komandan militer merupakan senjata bermata dua baginya. Dan semakin kuat perannya, semakin ketakutan Muhammad kehilangan tahtanya. Sebagai seorang desa sederhana yang tidak punya kemampuan apa-apa yang dilesatkan menjadi tokoh puncak politik di Arabia, tidak diragukan lagi, sensasinya tidak boleh menurun dari sisi ‘kenabiannya’ karena hal itu menuntut bahwa hanya dia saja lah yang boleh menentukan masa depan ummat. Fakta yang saling berlawanan ini tentulah mengaduk-ngaduk kejiwaannya, sehingga tidak diragukan lagi memperkuat kelainan kejiwaan dalam bentuk kegelisahan yang menahun. Sangat jelas dari Hadis demi Hadis yang kita baca, bahwa seringkali ia


396

kedapatan tidak sadar dan harus mengarang cerita tahayul yang tidak masuk akal dan dorongan untuk menangkis semua ancaman terhadap tahtanya.

Membandingkan Howard Hughes dengan kehidupan Muhammad, tokoh OCD yang telah diceritakan sebelumnya ini juga menghadapi keadaan sulit yang sama. Mewarisi kekayaan yang sangat banyak dan takut kehilangan kekuasaannya, keterkenalannya, dan peruntungannya, Hughes akhirnya jatuh ke dalam jebakan sakit jiwa yang sama. Walaupun sakit jiwanya tidak tergolong, skizofrenia, sang tycoon mengambil cara yang sama dengan Muhammad dalam hal ritual kebersihan, dan mengulang-ulang perilaku nya dalam ucapan seolah-olah seperti sedang memerintah. Menyedihkan bukan, tidak hanya orang di sekitar nya saja yang terkena getahnya.

Seperti ummat Islam, pandangan Hughes yang lain dari yang lain tentang masa depan, tentang kediaman pribadinya, tentang relasinya, dan kekayaan dan hartanya yang banyak keseluruhannya dipengaruhi secara langsung dengan pikiran kompulsif-nya yang rumit. Muhammad, yang juga dipengaruhi gangguan OCD, menciptakan mesin perang pikiran yang didedikasikan untuk memaksa orang membayar pajak dan membayar upeti kepada


397

allah ciptaannya, yaitu Awloh. Seperti karyawannya Hughes, setiap murid Muslim harus sepadan betul dengan tingkah laku tuannya yang gendeng, dan diperintahkan untuk hidup sebagaimana Muhammad mau mereka hidup, dan berteman dengan siapa ‘nabi’ mau berteman.

Hari ini, umat Muslim akan mati-matian menolak, dan bahwa pewahyuan ilahi–nya dan tauladannya adalah suatu kebenaran, dan harus dilakukan untuk menyenangkan hati Awloh. Akan tetapi, kenyataannya yang sejati adalah tindakannya merupakan cerminan indikasi dari penyakit OCD nya. Kita tahu kalau ia sebetulnya tidak pernah mendapat ‘pewahyuan’ apapun yang dapat menjelaskan tindakaannya yang ngawur itu. Kenapa orang mengusap anusnya dengan hitungan ganjil? Kenapa orang harus memakai sepatu kanan dulu? Kenapa orang tidak boleh minum sambil berdiri? Jujur saja, anjurannya ini tidak ada yang masuk akal!

Tetap saja, teologi Islam didasarkan di seputar konsep bahwa Muhammad adalah ‘manusia sempurna’, dan tidak berdasarkan konsep bahwa ‘nabi’ menderita gangguan jiwa, sering ragu-ragu, berpikiran tidak logis dan secara kejiwaan tidak sempurna. Akan tetapi, keanehannya tidak pernah menunjukkan bahwa hal itu adalah sesuatu yang


398

waras dan wajar, dan tidak ada ‘metoda dalam kegilaannya.” Kenyataannya, orang ini secara statistik didokumentasikan dalam golongan gangguan perilaku.

Gangguan OCD dicirikan oleh ketidak-sempurnaan, sebagaimana otak berjuang tanpa jumlah serotonin yang cukup. Jika Muhammad dianggap sebagai ‘sosok manusia yang sempurna’, maka bukti sakit kondisi kejiwaannya tentu menghanguskan klaim itu. Pikirannya tidak lah pernah sedikit pun bisa dianggap normal, dan tidak mungkin Muhammad punya kualifikasi untuk memimpin pengikutnya yang bodoh dan terlanjur percaya tahayul dan berharap Muhammad dapat menjadi pembimbing yang cerdas. Dalam kenyataannya, ini seperti orang buta menuntun orang buta.

Islam dibangun melalui paksaan pikiran yang dogmatis/tidak boleh dibantah, dan akhirnya menjadi masyarakat yang punya hukum yang ganas yang mendasarkan etosnya hanya dari pikiran obsesif yang diderita Muhammad. Sedih bukan, bahwa mereka yang menolak untuk hidup sesuai dengannya dibunuh dengan sebutan ‘murtad’. Sangat ironis bukan, bahwa aksi Muhammad yang tanpa perasaan ketika membakar habis rumah-rumah mereka yang


399

lupa shalat, sangat mencerminkan seseorang yang bergejala OCD, dan terlebih lagi, simptom narsistik yang amat sangat luar biasa berbahaya.

Akan tetapi, sesungguhnya Muhammad adalah orang berpenyakit saraf yang gampang marah, suka pamer kepintarannya sendiri, rewel, terperangkap di alam semestanya sendiri, penuh dengan dorongan pikiran-pikiran yang tidak dapat digambarkan. Dan walaupun ia menikmati anggapan bahwa dirinya adalah pusat jagad raya, ia tidak bisa mengatasi kenyataan kalau hanya dirinya saja yang menjadi orang yang aneh sendirian. Akibatnya, pengikutnya juga harus meniru keanehannya untuk mengamankan dirinya, dan untuk meyakinkan dunia bahwa mereka bukan menyembah seseorang yang pikirannya irasional dan penuh khayalan; sebagaimana peribahasa mengatakan “kalau setiap orang melakukannya, maka itu lah yang benar.”

Akhirnya, ayat Quran “tidak ada paksaaan dalam beragama” hanyalah sebuah pernyataan munafik Muhammad tentang kondisi kejiwaannya. Semua orang Muslim itu terpaksa meniru.

Leave a comment